Semua pengguna printer laser tentu menyadari tentang mahalnya toner cartridge original. Harga sebuah toner cartridge Original biasanya hampir sama dengan harga mesin printernya sendiri. Sebagai contoh, sebuah printer HP LaserJet P1006 dijual dengan harga Rp 1,2 juta sedangkan toner cartridge originalnya seharga Rp 600.000,-. Bandingkan dengan refillnya yang hanya seharga Rp 90.000. Sehingga untuk menghemat biaya operasional printer laser, pengguna biasanya memanfaatkan jasa refill atau isi ulang toner. Perusahaan afermarket di dunia yang memasok bahan dan sparepart printer laser, memiliki berbagai jenis toner yang
ditawarkan para refiller. Dan refiller yang baik tahu cara memilih dan menentukan toner yang tepat untuk konsumen yang datang padanya. Disini perlu dilakukan pengujian yang dilakukan oleh seorang ahli untuk menentukan jenis toner yang tepat untuk aktivitas refill dan remanufacture.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan : ditawarkan para refiller. Dan refiller yang baik tahu cara memilih dan menentukan toner yang tepat untuk konsumen yang datang padanya. Disini perlu dilakukan pengujian yang dilakukan oleh seorang ahli untuk menentukan jenis toner yang tepat untuk aktivitas refill dan remanufacture.
1. Kualitas cetak.
Tiga aspek harus jadi bahan pertimbangan :
- Density dari cetakan, tingkat kepekatan dari hasil cetak biasanya merupakan pertimbangan utama untuk menentukan jenis toner yang tepat.
- Kemampuan untuk menghasilkan perbedaan yang nyata dan jelas pada beberapa tingkat warna abu-abu (raster). Pertimbangan ini menjadi sangat penting jika Anda ingin memasukkan produk refill atau remanufacture Anda ke percetakan.
- Kebersihan hasil cetakan, toner yang tidak tepat akan menyebabkan cetakan kotor, dengan istilah backgorunding.
Anda juga harus mempertimbangkan derajat suhu lebur/leleh toner diatas kertas dan stabilitasnya. Toner yang mudah meleleh tidak akan mudah mengelupas dan menyebar diatas kertas. Toner yang diformulasi dengan baik, tidak lengket dan tidak meninggalkan bekas di Fuser Roller dan Pressure Roller pada printer setelah menggunakan cartridge yang diisi dengan toner tersebut. Meskipun faktanya kisaran suhu pemanas pada printer laser antara 60°C sampai 200°C kecepatan lembaran kertas melewati unit pemanas bisa jadi tiap printer berbeda. Toner yang dinamakan “Universal” yang digunakan untuk berbagai jenis printer, tidak dapat melekat dengan baik pada kondisi suhu pemanas, tekanan Pressure Roller dan kecepatan yang berbeda.
3. Kontinuitas kualitas cetak.
Hal penting lainnya adalah partikel toner haruslah seragam. Semakin seragam ukuran partikel toner, maka diperlukan proses manufacture yang semakin komplek dan harga jualnyapun juga akan semakin tinggi. Sebuah toner yang tidak seragam (non-uniform toner), yaitu toner yang terdiri dari tepung, pasir dan batu, akan menghasilkan cetakan pada tingkat kepekatan yang sesuai hanya pada awal proses pencetakan. Selanjutnya kualitas cetak akan terlihat semakin memburuk. Karena tingkat komposisi seimbang dari tepung, pasir dan batu pada toner sudah terlampaui, ketika tahap ini sudah terlampaui maka image yang tercetak akan kotor dan cetakan hitam akan terlihat abu-abu. Sangatlah mudah untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian partikel toner, yaitu dengan membandingkan hasil cetakan dari printer setelah 500, 1000, 1500, 2000, 3000 lembar.
4. Jumlah cetakan yang dihasilkan
Pada sebuah cartridge isi ulang, perlu diperhatikan jumlah lembar cetakan yang dihasilkan pada coverage 4%-5%. Beberapa refiller menyatakan, dengan mengisi penuh cartridge maka sudah menyelesaikan masalah. Namun ternyata tidak sesederhana itu, ada dua factor utama yang mempengaruhi kapasitas cetak sebuah cartridge isi ulang,
- Pertama adalah jumlah toner yang mampu tertransfer ke kertas. Toner berkualitas baik akan menghasilkan residu/sampah yang sedikit dan sebagian besarnya akan keluar sebagai hasil cetakan, sedangkan toner berkualitas buruk akan menghasilkan residu/sampah dalam jumlah besar dan hanya akan terbuang.
- Kedua adalah berat jenis toner, toner yang memiliki nilai berat jenis besar akan lebih cepat habis daripada yang kecil. Hal ini karena toner dengan berat jenis besar memiliki ukuran partikel yang besar pula, sehingga dengan berat yang sama jumlah partikel yang ada lebih sedikit.
Secara teori bentuk partikel toner seharusnya bulat, pada kenyataanya toner berkualitas baik memiliki bentuk partikel oval. Sedangkan toner kualitas rendah memiliki bentuk partikel yang tidak seragam, bergelombang dan tidak beraturan. Toner yang memiliki sifat kasar (abrasive) akan menyebabkan goresan pada komponen cartridge (seperti OPC Drum, Developer Roller dan Cleaning Blade) dan bahkan pada printer (upper fuser roller). Hal ini akan memperpendek usia pakai cartridge maupun printer.
Yang terakhir, jangan pernah mengharap keajaiban, bahwa toner dengan kualitas baik yang memiliki ukuran dan bentuk partikel yang seragam tidak akan menghasilkan cetakan yang baik jika digunakan pada cartridge dengan komponen yang sudah aus.
Oleh : Teguh Nugroho
dari berbagai sumber
Comments (1)
nice trit gan...